Analisa Jurnal Ilmiah

Tugas Bahasa Indonesia

 

Analisis Jurnal Ilmiah

 

SISTEM ALARAM NIRKABEL DENGAN

5 ZONA PENGAMAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dibuat oleh :

  1. Angelita Dwi Febriyanti       : 10109029
  2. Chandra Adhi                         : 13109197
  3. Dhani Rahadi                         : 11109549
  4. Reffa Putra utama                  : 14109857
  5. Yustian Priambodo                 : 14109783
  6. Heriyana                                : 16109463

 

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

JURUSAN SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS GUNADARMA

TAHUN 2011

SISTEM ALARAM NIRKABEL DENGAN

5 ZONA PENGAMAN

 

 

ABSTRAK

Sistem Alaram Nirkabel adalah sistem yang berfungsi sebagai perangkat keamanan tanpa operator. Sebuah perangkat transceiver laser ini dirancang untuk 5 ruangan pada rumah tinggal. Sensor yang digunakan pada setiap ruangan berbeda-beda, namun secara umum sensor tersebut berfungsi sebagai pendeteksi gerak dan pendeteksi cahaya. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa sistem tersebut dapat bekerja dengan baik pada setiap ruangan yang jarak terjauhnya tidak melebihi 10 meter dari pemancarnya.

 

Pendahuluan

 

Ide awal pembuatan alat ini adalah dari pengalaman buruk yang pernah menimpa penulis yaitu percobaan perampokan pada rumah penulis, oleh karena itu penulis ingin membuat sebuah alat yang dapat mencegah terjadinya hal yang sama. Penulis berasumsi bahwa biasanya pelaku kejahatan beraksi ketika pemilik rumah lengah atau saat tertidur, dan melakukan aksinya dengan cara mengendap-endap. Didasari oleh hal tersebut diatas maka saat ini penulis mencoba mengembangkan teknologi yang sudah ada, serta mencoba membuat inovasi terhadap suatu sistem pengamanan yang cocok dan sesuai bagi rumah tinggal.

Teknologi yang dimaksud adalah sensor, dewasa ini sensor bukanlah hal yang baru lagi dalam dunia elektronika, karena sudah banyak alat-alat elektronik yang sudah ditanamkan sensor. Sistem ini menggabungkan berbagai sensor yang memiliki standar keamanan untuk kemudian disatukan menjadi sebuah rangkaian terpadu. Selain daripada itu alat itu juga bersifat nirkabel dimana pengiriman sinyal dari sensor pada masing-masing zona dikirimkan tanpa kabel ke rangkaian penerima. Dengan menambahkan rangkaian pada sensor tersebut, maka penulis mencoba membuat sebuah alat berupa “Sistem Alaram Nirkabel dengan 5 Zona Pengaman”.

 

Tinjauan Pustaka

 

Blok Diagram

 

Proses kerja alat ini didukung oleh beberapa bagian rangkaian, diantaranya adalah Blok Pendeteksi (Sensor), Blok Pengiriman, Blok Penerima dan pengendali, serta Blok Keluaran (Output).

 

Blok Pendeteksi (Sensor)

 

Pada bagian ini terdapat lima ruangan dan empat macam jenis sensor yang berbeda yang diaplikasikan dalam bentuk yang beragam. Ruangan pertama terdapat sensor Infrared dan Photodiode sebanyak tiga pasang yang diletakkan saling berhadapan dalam pola vertical. Kemudian ruangan kedua terdapat sensor Dark activated relay, menggunakan Light Dependent Resistor (LDR) sebagai pendeteksi objek. Apabila LDR yang tersinari cahaya tersebut terhalangi oleh objek dalam hal ini manusia maka sensor akan aktif. Ruangan ketiga menggunakan sensor Light activated relay, LDR masih digunakan pada ruangan ini, namun prinsip kerja dan penerapannya berbeda. LDR harus dalam keadaan gelap atau tidak mendapat cahaya, dan apabila kemudian LDR ini terkena cahaya maka relay akan aktif. Ruangan keempat agak berbeda dengan yang lainnya, yaitu dengan menggunakan Switch sebagai penandanya. Ruangan ini dinamakan floor trap atau lantai jebakan karena apabila objek melewati lantai tersebut dan menginjaknya maka akan mengaktifkan relay. Ruangan kelima atau terakhir ini kembali menggunakan Infrared dan Photodiode namun dengan penggunaan yang berbeda. Ruangan ini menggunakan pintu geser sehingga apabila gerakan pintu itu memutus pancaran sensor tersebut maka relai akan aktif..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Blok Pengirim

 

Perangkat pengiriman pada peralatan ini menggunakan LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation). LASER merupakan diode semikonduktor yang memancarkan cahaya karena pancaran terstimulasi. Cahaya yang dipancarkan diode laser bersifat koheren. Dioda laser memiliki lebar spectral yang lebih sempit (sampai dengan 1 nm) menyebabkan disperse kromatik dapat ditekan sehingga cocok untuk jarak jauh dan transmisi data dengan bit rate yang tinggi. Perangkat ini dapat beroperasi pada jarak hingga ± 10 m.

 

 

 

 

Blok Penerima dan Pengendali

 

Pada bagian ini penerima manggunakan photodiode berjumlah lima yang berfungsi menerima masukan dari pengirim, setiap rangkaian photodiode terhuung dengan relay dalam keadaan Normaly Closed (NC). Rangkaian pengendali merupakan indikator ruangan mana yang berada dalam kondisi tidak kondusif. Apabila salah satu dari photodiode menerima sinyal dari Infrared maka akan mengaktifkan relay yang kemudian menjadikan keadaan Normaly Open (NO) sehingga pada pengendali dapat diketahui lewat indikator lampu LED.

 

Blok Keluaran (Output)

 

Alur perjalanan sistem berakhir pada bagian ini, disinilah sinyal listrik dari relay rangkaian pengendali diproses untuk dijadikan sinyal suara. Sirkuit ini dapat menghasilkan dua jenis suara, suara pertama bertipe seperti suara sirine polisi sedangkan yang kedua bersuara seperti suara ambulanas.

Rangkaian ini dilengkapi dengan saklar DPDT yang memudahkan pengguna untuk memilih jenis suara yang diinginkan. Suara dihasilkan oleh pengeras suara merk Agiva 20W; 150dB yang memiliki output suara yang memekakkan telinga, sehingga diharapkan pengguna dapat mendengar apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan.

 

Metode Penelitian

 

Rangkaian Pendeteksi Gerak

 

Rangkaian ini terdapat pada ruangan pertama dari sistem alaram, seperti namanya maka fungsi dari rangkaian ini adalah dapat mendeteksi gerakan objek yang lewat di depannya. Rangkaian ini terdiri dari Infrared, Photodiode, Resistor, Transistor, dan dua IC gerbang logika. Setiap Infrared mendapat tegangan input sebesar 5 volt, yang sebelumnya telah melewati resistor dengan nilai 220. Dengan arus sebesar 0,02 A cukup bagi infrared untuk mengirim sinyal listrik kepada Photodiode. Pada saat sensor tidak terhalang oleh suatu objek maka cahaya yang dipancarkan oleh Infrared dapat diterima oleh Photodiode yang menyebabkan Photodiode dapat mendeteksi gelombang cahaya yang datang dan mengubahnya menjadi isyarat listrik yang berisi informasi yang dikirim. Arus listrik tersebut kemudian diolah sehingga diperoleh lagi isyarat informasi yang dikirimkan, tegangan keluaran mendekati 0 V karena terhubung langsung dengan ground. Sedangkan bila sensor terhalang oleh suatu benda maka cahaya yang dipancarkan oleh Infrared tidak dapat diterima oleh photodiode yang menyebabkan photodiode berada pada keadaan off, sehingga tidak ada informasi yang diterima dan tegangan keluaran mendekati 5V, karena pada IC 74LS04 dalam keadaan tidak ada input maka outputnya adalah o atau low. Keluaran dari photodiode kemudian diteruskan ke IC inverter 74LS04 yang berfungsi sebagai pembalik logika. IC ini mampu mengubah perubahan level tegangan yang perlahan menjadi perubahan tegangan yang tajam sehingga perbedaan antara kondisi low dan high jelas karena rangkaian digital hanya mengenal masukan low atau high. Ketiga rangkaian dihubung parallel yang masing-masing memiliki relay dengan sistem penguncian untuk memberikan sinyal ke IC ANDgate HEF4073 berkaki tiga. Setelah ketiga relay aktif atau dalam kondisi high maka sesuai dengan prinsip gerbang AND informasi dapat dilanjutkan.

 

Rangkaian Pendeteksi Cahaya

 

Pada ruangan kedua terdapat rangkaian pendeteksi cahaya, rangkaian ini bekerja menggunakan media cahaya. Perangkat ini menggunakan Light Dependent Resistor (LDR) sebagai pendeteksi cahaya. LDR merupakan sensor yang banyak digunakan untuk keperluan pendeteksi cahaya. Struktur dasar LDR adalah sebuah resistor variabel yang dapat berubah sesuai dengan cahaya diterimanya. Pada keadaan normal sensor dibuat dalam keadaan terkena cahaya, sehingga nilai tahanan LDR kecil yang menyebabkan arus mengalir ke ground. Pada keadaan ini transistor masih dalam keadaan off. Potensiometer diset untuk mengatur sensitifitas sensor, apabila setelan tahanan kecil maka sensitifitas tinggi begitupun sebaliknya. Pada saat sensor terlewati oleh objek maka cahaya yang mengenai LDR terputus sehingga tahanan pada LDR besar dan menyebabkan kenaikan level tegangan dan arus. Hal ini menyebabkan transistor tersulut aktif dan berada dalam keadaan saturasi. Sehingga vcc akan mendapatkan ground, dan relay akan bekerja.

 

Rangkaian Pendeteksi Cahaya Model Kedua

 

Rangkaian ruangan ketiga merupakan modifikasi dari rangkaian ruangan kedua, komponen yang digunakan dalam rangkaian ini sama namun lain dalam hal pengaplikasiannya. LDR masih menjadi bagian penting di alat ini, penempatannya diubah menjadi lebih dekat dengan masukan tegangan (lihat gambar 3.8). Dalam kondisi normal (LDR tidak terkena cahaya) nilai tahanannya besar sehingga transistor masih dalam keadaan off. Namun jika terkena cahaya, tahanan berubah menjadi kecil sehingga level tegangan dan arus menjadi besar dan menjadikan transistor saturasi, dan dengan kondisi demikian maka relay dapat aktif dari kondisi Normally Closed (NC) ke Normally Open (NO).

 

 

 

Rangkaian Teraktifkan Saklar

 

Dalam zona ini penulis terinspirasi dari system keamanan pada tempat semacam museum atau galeri seni, dimana terdapat sebuah alaram dengan menggunakan lantai sebagai medianya. Dalam hal ini penulis menamakan ruangan ini sebagai Floor trap atau lantai yang dilengkapi dengan jebakan. Prinsip kerja dari ruangan ini sangatlah sederhana, dimana bagian intinya adalah sebuah saklat SPST Microswitch yang dihubung parallel. Apabila lantai terinjak dan mengenai salah satu dari saklar maka arus akan terhubung menuju transistor dengan terlebih dahulu mendapat tahanan dari resistor akan arus pada basis tidak berlebih. Karena basis mendapat input maka transistor NPN BC 108 menjadi ground dan relay dapat bekerja.

 

Rangkaian Pendeteksi Gerak Tunggal

 

Rangkaian pendeteksi ini sama persis dengan rangkaian pada ruangan pertama, dimana terdapat infrared dan photodiode sebagai sensornya. Yang berbeda dalam rangkaian ini jumlah infrared dan photodiode hanya sepasang, ini dikarenakan rangkaian ini hanya mendeteksi gerakan tunggal dimana dalam hal ini diaplikasikan pada system pintu geser. Sehingga ketika pintu bergerak pancaran sinar infrared ke fotodioda menjadi terhalang, hal ini menyebabkan fotodioda off dan keluaran IC pada kaki empat menjadi high. Ketika ada tegangan yang melewati basis, basis akan mendapatkan arus yang cukup untuk membuat keadaan transistor dari keadaan cut off menjadi saturasi. Saat transistor keadaan saturasi, maka tegangan antara kolektor dan emitter hampir mendekati 0, sehingga transistor seperti hubung singkat. Dengan memanfaatkan keadaan saturasi dan cut off transistor, maka transistor dapat digunakan sebagai saklar elektronik yang dapat digunakan untuk piranti elektronik dalam hal ini relay.

 

Rangkaian Pengirim

 

Sinyal listrik yang masuk dari relay setiap sensor diterima dan diteruskan menuju empat resistor yang terhubung seri parallel. Nilai tahanan yang kecil dapat membuat laser mengirimkan gelombang cahaya untuk kemudian diterima oleh rangkaian penerima. Kelima laser ini bekerja secara sendiri, artinya jika salah satu mendapat masukan, yang lainnya tidak bereaksi apa-apa. Jarak maksimum dari pengirim ini adalah sejauh ± 10 meter.

 

Rangkaian Penerima dan Pengendali

 

Rangkaian ini berfungsi untuk memproses sinyal yang dikirimkan oleh bagian pengirim. Prinsip kerja dari rangkaian ini sama dengan sensor pendeteksi gerak, tapi diberikan modifikasi pada bagian IC pembalik logika. Keadaan awal pada keluaran IC adalah 0 atau low sehingga apabila fotodioda tidak mendapatkan cahaya dari sinar inframerah kondisi transistor tetap barada pada posisi cutoff. Namun jika mendapat sinar, transistor menjadi saturasi sehingga relay dapat bekerja. Rangkaian ini terhubung langsung dengan rangkaian pengendali, dimana rangkaian pengendali berfungsi untuk mengontrol setiap perubahan keadaan yang terjadi pada ruangan. Prinsip kerja dasar dari rangakaian pengendali adalah apabila saklar elektronis (dalam hal ini adalah relay yang terhubung dengan rangkaian penerima) terputus atau berubah posisi dari NC ke NO maka akan mengirim informasi kepada rangkaian keluaran untuk membunyikan sirine. Rangkaian ini hanya menggunakan tiga buah IC CMOS dan memiliki berbagai fitur untuk pengamanan, yaitu sebuah zona dengan pewaktuan (untuk keluar atau masuk zona pengamanan), serta empat zona dengan pengamanan sedang. Masing-masing zona menggunakan sensor yang normal tertutup. Zona pertama merupakan zona dengan pewaktuan yang digunakan untuk masuk dan keluar dari area pengamanan. Zona ini memiliki tunda waktu (delay) sebelum pengaktifan alarm. Sedangkan zona kedua sampai kelima merupakan zona tanpa tunda waktu. Artinya, apabila kondisi sensor terbuka maka alarm langsung aktif. Untuk mencegah adanya trigger saat pengguna ingin memasuki zona pertama maka harus mengaktifkan switch re-entry. Saklar ini merupakan kunci rahasia dan dapat dipasang pada tempat tersembunyi (tidak mudah terlihat). Waktu tunda pada zona ini selama 30 detik, nilai ini dapat diubah dengan memvariasikan nilai C6 dan R11.

Prinsip kerja zona pertama adalah sebuah rangkaian yang dilengkapi dengan IC CMOS 4082 yaitu gerbang AND dengan empat kaki. Kaki 1 satu 2 di “kopel” dan terhubung dengan vcc sehingga berada pada kondisi high atau 1. Sedangkan kaki 3 terhubung dengan R2 dan gerbang penyangga, sehingga apabila saklar elektronis terputus arus mengalir ke bagian ini dan menyebabkan kondisi menjadi high. Kaki empat pun demikian namun dikarenakan terdapat C6, ada tunda waktu 30 detik sebelum mengalirkan arus ke IC. Apabila semua kondisi terpenuhi makasesuai dengan prinsip operasi gerbang AND “keluaran dari suatu gerbang AND menempati keadaan 1 jika dan hanya jika semua masukan menempati keadaan 1” informasi dapat dikirimkan menuju transistor yang berfungsi sebagai saklar otomatis, dengan keadaan demikian maka relay akan bekerja. Sedangkan pada zona kedua dan kelima tidak menggunakan metode pewaktuan. Zona ini menggunakan IC CMOS 4072 yaitu gerbang OR dengan empat kaki. Karena kondisi awal saklar normal tertutup, maka arus yang mengalir dari vcc langsung mengarah ke ground sehingga kondisi IC menjadi low atau 0. Namun jika salah satu saklar terbuka menyebabkan arus mengalir ke IC sehingga ada salah satu posisi kaki IC dalam keadaan high.

Mengingat operasi IC sesuai dengan definisi sebagai berikur “keluaran dari suatu gerbang OR menunjukkan keadaan 1 apabila satu atau lebih dari satu masukkannya berada pada keadaan 1” maka kondisi kaki output IC pun menjadi high. Oleh karena itu informasi dapat dikirimkan menuju transistor, dan kemudian terjadi proses yang sama dengan zona pertama.

 

Rangkaian Keluaran

 

Fungsi dasar dari rangkaian ini adalah mengeluarkan suara berupa sirine dengan harapan sang pengguna dapat mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi pada setiap ruangan yang termasuk dalam system keamanan. Rangkaian ini dikendalikan oleh IC 4093 Quad 2 Input Schmitt NAND Gate, yang nantinya dapat mengeluarkan dua jenis suara. Hasil rangkaian ini menjadikan dua suara tertinggi nada yang berbeda sehingga mirip dengan sirine ambulans. Vcc masuk ke kaki 1 dan kaki 5 hal ini menyebabkan kedua kaki tersebut pada keadaan high. Sedangkan kaki 6 masih dalam keadaan low, pada saat itu kondisi C1 kosong. Oleh karena terdapat dua kondisi pada input NAND maka keluaran dari kaki 4 dalam keadaan high, karena kaki 4 high maka C1 mengalami proses pengisian muatan. Sementara itu arus juga mengalir ke kaki 2, yang menyebabkan kaki ini dalam kondisi high. C2 pun mengalami hal yang sama yaitu pengisian muatan. Sesuai dengan prinsip kerja gerbang NAND, ketika terjadi kondisi high pada kedua inputnya maka outputnya adalah low atau 0. Oleh karena output kaki 3 low maka transistor dalam keadaan cut-off dan speaker tidak mengeluarkan suara apapun. Ketika C1 penuh maka kaki 6 masuk dalam kondisi high (1), seperti dijelaskan diatas, maka kaki 4 menjadi low. Pada saat kondisi low C1 mengalami pembuangan muatan, oleh karena hasil kaki 4 menuju kaki 2 adalah 0 maka C2 pun mengalami pembuangan muatan. Muatan yang dilepaskan tidak mengalir kearah kiri rangkaian karena terdapat dioda yang berada dalam kondisi bias reverse. Karena kedua kaki gerbang telah mendapat input, yaitu 1 dan 0 maka kaki 3 dalam keadaan 1 sehingga basis transistor mendapat arus sehingga transistor menuju keadaan saturasi, dan speaker dapat bekerja. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan perbedaan jenis suara yang dihasilkan. Nilai C1 dan C2 juga berpengaruh terhadap delay time rangkaian. Sedangkan dua gerbang lainnya digunakan untuk jenis suara yang berbeda, suara yang dihasilkan berupa raungan dari nada rendah menuju nada tinggi. Arus masuk melalui P1 (sebagai saklar tekan) apabila saklar ditekan maka arus menuju ke R4 dan R5 yang dirangkai bersamaan dengan C5 dan C6. Oleh karena kedua masukan IC saling dihubungkan maka menurut teori gerbang logika, gerbang ini adalah sama dengan gerbang NOT atau pembalik. Saat P1 ditekan maka C5 dan C6 mengisi muatan. Kaki 8 dan 9 dalam keadaan high, sehingga keluaran dari kaki 10 adalah low. Karena mendapat masukan low maka keluaran kaki 11 adalah high. Pada fase inilah arus kemudian mengalir menuju titik yang sama dengan keluaran rangkaian pertama. Alunan suara dapat bervariasi dengan mengubah C1, C2, C5 dan C6.

 

Hasil dan Pembahasan

 

Uji coba alat system alarm dengan 5 zona pengamanan bertujuan untuk mengetahui kinerja dari alat yang dibuat. Titik pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari masing-masing blok diagram rangkaian Uji coba ini dibagi menjadi enam bagian, yaitu ujicoba pada ruangan sensor satu, ujicoba pada ruangan sensor dua, ujicoba pada ruangan sensor tiga, ujicoba pada ruangan sensor empat, ujicoba pada ruangan sensor lima, ujicoba rangkaian pengirim, serta ujicoba alat secara keseluruhan.

 

 

 

Uji Coba Alat Secara Keseluruhan

 

Adalah penting bagi penulis untuk menguji alat secara keseluruhan. Karena hal ini dapat menunjukkan kinerja dari alat yang dibuat. Pengujian dilakukan dengan menempatkan semua bagian sesuai spesifikasi dan menjalankan sesuai dengan prosedur. Fase ini bertujuan untuk melihat kehandalan system sehingga dapat diketahui apakah alat ini layak untuk dikembangan. Pengertian tanggapan memiliki respon baik adalah bahwa sensor itu telah bekerja sesuai dengan spesifikasinya dan dapat mendeteksi sesuai dengan prinsip kerjanya, sedangkan pengertian tanggapan respon kurang baik atau tidak ada respon adalah hasil itu mencerminkan bahwa system tidak bekerja sebagaimana mestinya atau diluar batas maksimum yang diberikan. Semua nilai pengukuran diambil berdasarkan prosedur kerja setiap rangkaian ruangan sehingga diharapkan pembaca dapat memahami nilai-nilai yang tertera pada setiap hasil pengukuran. Hasil ujicoba alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 1.

Uji Coba Alat Keseluruhan

 

SENSOR

TIDAK

TERLEWATI

OBJEK

SENSOR

TERLEWATI

OBJEK

TANGGAPAN

SENSOR

RELAY

PENERIMA

INDIKATOR LED

OUTPUT SIRINE

LED 1

LED 2

LED 3

LED 4

LED 5

R 1

V

Tidak Aktif

Tidak Aktif

ON

ON

ON

ON ON

Tidak Aktif

V

Aktif

Aktif

OFF

ON ON ON ON

Aktif

R 2

V

Tidak Aktif

Tidak Aktif

ON ON ON ON ON

Tidak Aktif

V

Aktif

Aktif

ON

OFF

ON ON ON

Aktif

R 3

V

Tidak Aktif

Tidak Aktif

ON ON ON ON ON

Tidak Aktif

V

Aktif

Aktif

ON ON

OFF

ON ON

Aktif

R 4

V

Tidak Aktif

Tidak Aktif

ON ON ON ON ON

Tidak Aktif

V

Aktif

Aktif

ON ON ON OFF ON

Aktif

R 5

V

Tidak Aktif

Tidak Aktif

ON ON ON ON ON

Tidak Aktif

V

Aktif

Aktif

ON ON ON ON OFF

Aktif

 

 

 

Kesimpulan dan Saran

 

Sensor setiap ruangan memiliki performa yang cukup handal untuk dijadikan system keamanan pada rumah tinggal.

Sistem simulasi bekerja secara real time. Kelemahan utamanya adalah dalam sisi transmisi, dimana laser harus dihadapkan tegak lurus terhadap fotodioda tanpa ada objek yang menghalanginya. Untuk pengembangan lebih lanjut pada alat ini dapat dimodifikasi pada bagian kontrol dan Transceiver-nya, misalkan dengan menggunakan pemrograman mikrikontroler dan dengan penggunaan pemancar sinyal radio sehingga memiliki area jangkauan yang lebih luas lagi. Sensor setiap ruangan juga dapat dikembangkan lagi, misalkan dengan menggunakan identified motion detector sehingga setiap objek yang melewati sensor tersebut dapat dikenali aleh pengguna.

 

Daftar Pustaka

 

Mulyanta, Edi S., Pengenalan Protokol Jaringan Wireles Komputer, ANDI, Yogyakarta, 2005

 

Petruzella, Frank D., Elektronik Indistri, Edisi Pertama.Andi Yogyakarta, 2001.

 

Soeparlin, Soepono dan Yahdi, Umar, Teknik Rangkaian Listrik, Jilid 1. Gunadarma, 1995.

 

HASIL ANALISIS JURNAL ILMIAH

SISTEM ALARAM NIRKABEL DENGAN5 ZONA PENGAMAN

 

 

Walaupun secara umum Jurnal ilmiah tersebut sudah cukup baik namun ada beberapa hal mengenai koherensi yang akan kelompok kami coba untuk analisa.Berikut hasil analisa yang kelompok kami lakukan:

  1. Urutan yang logis

Penulis menggunakan urutan ruang dengan cara yang baik seperti yang kita dapat lihat pada paragraf yang menjelaskan blok pendeteksi (sensor), ruang-ruang di jelaskan dengan berurutan.sehingga pembaca dapat dengan mudah mengerti maksud dari penulis.

 

  1. Penggunaan kata transisional
  • Untuk menujukan hubungan waktu :

penulis menggunaka kata kemudian untuk menjelaskan tahap berikutnya sehingga pembaca dapat memahami hubungan waktu yang terdapat dalam kalimat.

 

  • Untuk menunjukan penambahan :

Penggunaan kata dan kurang tepat pada kalimat Penulis berasumsi bahwa biasanya pelaku kejahatan beraksi ketika pemilik rumah lengah atau saat tertidur, dan melakukan aksinya dengan cara mengendap-endap. Karena kalimat kedua memiliki arti yang berbeda dari kalimat pertama.

 

  1. Mengulang koheresi dengan menggunakan kata kunci

Pada pargraf yang menjelaskan tentang blok pengirim pengulangan kata kunci dilakukan dengan baik. Kata LASER digunakan di setiap kalimat dalam paragraf tersebut sehingga terbangun hubungan yang baik dari setiap kalimat.

 

  1. Pengulangan istilah-istilah pokok

Pada tulisan ilmiah tersebut pengulangan istilah pokok banyak digunakan sehingga mempermudah pembaca untuk mendapatkan hubungan dengan kalimat-kalimat sebelumnya, pembaca tidak perlu membaca ulang kalimat-kalimat sebelumnya untuk mencari istilah-istilah pokok tersebut.

 

  1. Penggunaan kata ganti

Penulis menggunakan kata ganti dengan tepat. Kata ganti yang digunakan penulis tidak menimbulkan arti ambigu yang akan membingungkan pembaca

 

Demikianlah hasil analisis yang dapat kelompok kami analisa dari jurnal ilmiah tersebut pada dasarnya jurnal ilmiah tersebut sudah sangat baik dan telah melalui proses editor yang baik pula dan penggunaan koheresi juga sudah baik sehingga jurnal Ilmiah tersebut sangat mudah di mengerti dan dipahami oleh pembaca.

Tinggalkan komentar